Disini aku
banyak sekali mendapatkan pengalaman yang baru maupun tantangan yang sering aku
jumpai yakni musti beradaptasi dengan bahasa daerah setempat, budaya serta adat
istiadat maupun kuliner dan kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakatnya di
tempat ini. Suatu kebanggaan karena aku
akhirnya bisa merantau jauh dari tanah kelahiranku di bali. Banyak suka duka
yang aku hadapi tetapi suka tidak suka aku musti maju terus pantang mundur, toh
disini banyak teman teman aku yang sudah lama merantau tetapi bisa menjalaninya
dan merekapun akan pindah kembali juga ke tanah kelahirannya ataupun ke kampung
halamannya.
Kembali lagi y
ke topik awal, misal saja beberapa tahun lalu ketika aku ke danau kelimutu
waktu pertama kali dsitu aku sangat takjub dengan keindahan warna Danau
Kelimutu, siapa sangka dulu waktu kecil aku hanya bisa melihat gambar danau
kelimutu dari mata uang Rp 5.000,- itupun hanya membayangkan angan angan saja
alias menghayal tingkat tinggi ketika menempuh pendidikan sekolah dasar di bali
dan hanya sebatas melototi foto di dalam buku geografi saja.
Jadi begini
ceritanya, aku awal mulanya kesana diajak sama rekan kantor pas malam hari. Wah
rasanya bahagia banget tetapi campur bingung karena aku kan belum pernah sama
sekali kesana sehingga jalannya pun belum paham. Apakah jalannya baik atau
tidak dan cuaca mendukung atau tidak. Pokoknya hatiku penuh dag dig dug karena
ga bisa tidur pulas hingga pagi harinya.
Ternyata esok
paginya sekitar jam setengah empat pagi (03.30 wita) akupun terbangun karena
alarm HP berbunyi yang cukup keras. Akupun bergegas cepat cepat ke kamar mandi
untuk mandi takut terlambat. Byur byur byur mandi gerakan cepat supaya tidak
terlambat karena aku punya kebiasaan yakni mending aku menunggu rekan rekanku
daripada aku yang ditunggu. Ya wajarlah,menyangkut nama baik aku. Masak orang
baru bekerja di tempat itu sudah malas malasan kan ga baik imejnya. Aku kan
punya harga diri yang musti jaga karena ortuku selalu menitipkan pesan. Baik baiklah
bekerja, jagalah amanah orang dan jangan bikin malu nama baik keluarga kita ya
nak. Insya allah orang akan menghargai kita dan ga akan niat jahat / suudzon
kepada orang yang berbuat kebaikan (hiks, sedih jadinya kalau gini. Soalnya aku
kan anaknya blum mandiri, tapi skrg harus kuaatttt) (bersambung)